Posted by : alia machmudia
Senin, 18 Juni 2018
UMMI, hari ini kami bersimpuh di haribaanmu, untuk merasakan kembali
kasih sayangmu, untuk melebur kesalahan yang kami lakukan padamu, dan untuk
memohon segala doa restumu.
UMMI, masih tergambar jelas dalam ingatanmu, perjalanan hidup kami
sejak engkau mengandung kami. Sembilan bulan bukanlah waktu yang singkat saat
kau harus merasakan kepayahan, keletihan dan kesakitan. Namun semua rasa itu
kau jaga untuk kau tukar dengan bahagia.
UMMI, belum hilang pula dari ingatanmu, suatu kondisi antara hidup dan
mati, sakit yang tiada tara, cucuran keringat dan air mata, bercampur haru dan
bahagia, saat engkau melahirkan kami. Memberikan cinta kasih yang hanya kami
dapatkan darimu.
Kemudian, entah berapa malammu yang hilang, siangmu yang gersang,
waktumu yang terbuang, saat engkau menjaga kami, mendidik kenakalan kami,
merawat sakit kami, menghapus tangis kami, dan mendengarkan curhatan kami.
UMMI, kesabaran, ketabahan dan pengorbananmu menghadapi kami, bagai
ombak yang tidak pernah jera menerjang karang, bagai embun yang memberi
kesejukan sebelum datang terik siang, dan bagai gunung kokoh yang tingginya
menjulang, semua itu untuk kami, anak-anakmu.
UMMI, kini kami telah dewasa. Kami sadar kami belum mampu melukis gurat
senyum di bibirmu, memercik binar bahagia di matamu bahkan berbakti atas semua
jasa-jasamu itu. Hari ini kami akan memulai sunnah Rosul yang mulia, dalam
sebuah bahligai rumahtangga.
UMMI, ajari kami untuk mencinta, cinta yang bermuara pada Allah semata.
Bimbing kami untuk bersabar, kesabaran yang tidak lekang diterpa coba. Arahkan
kami untuk memahami, kepahaman hidup dalam berbagi suka dan duka.
UMMI, kami masih haus dengan segala doamu, doa yang menguatkan ikatan,
doa yang meneguhkan kesabaran, doa yang mengikhlaskan pengorbanan, doa yang
memberikan kedamaian, doa yang menunjukkan cinta dan kasih sayang, yaitu doa
dalam sujud-sujud panjang tahajjudmu, agar kami bisa menggapai sakinah,
mawaddah, wa rahmah. Sungguh senyuman kebahagiaan kami adalah senyuman
kebahagiaanmu juga.
BAPAK, hari ini kami juga bersimpuh di hadapanmu, sebagai tanda bakti
kami atas pengorbananmu, sebagai permohonan kami untuk doa restumu, dan sebagai
izin kami agar mengambil alih tanggungjawabmu membina keluarga yang akan kami
bangun.
BAPAK, walau apapun yang kami lakukan tidak akan pernah dapat mengobati
penat lelahmu, tidak akan pernah dapat membayar cucuran keringatmu, tidak akan
pernah dapat menggantikan siang malammu, ketika engkau harus menafkahi kami
sehingga kami bisa tumbuh dewasa seperti sekarang ini.
Bahkan saat sakit, engkau tetap bersemangat melangkah mencari maisyah.
Tidak ingin melihat kami lapar karena tidak punya makanan, tidak ingin melihat
kami kedinginan karena tidak punya pakaian, atau tidak ingin melihat kami
menangis karena tidak punya mainan. Semua kau upayakan untuk melihat kami
ceria.
BAPAK, kami tahu semua pengorbanan ikhlasmu itu karena ingin menjaga
tawa bahagia di hidup kami, riang gembira dalam canda kami, puas bangga dalam
prestasi kami, sopan santun dari prilaku kami, dan kesuksesan saat menghadapi
masa depan kami.
BAPAK, memang tidak setiap saat engkau memberi belaian, pelukan, dan
genggam tangan, tapi engkau selalu mengkhawatirkan kami, berjuang setengah mati
mewujudkan pinta kami, memastikan kami bersekolah dan belajar dengan baik, agar
dapat menjadi kebanggaanmu.
Kini, saat kami belum membayar semua jasa-jasamu, kami malah harus
kembali merepotkanmu untuk hadir di sini sebagai wali yang menikahkan kami.
Bila kelak nanti engkau tidak bisa lagi selalu berada di dekat kami, kami tetap
mengharap doa terbaikmu agar kami kuat mengayuh bahtera rumah tangga kami.
BAPAK, bekali kami tangan kokoh seperti tanganmu yang memberi tanpa
pamrih, hati tegar seperti hatimu yang menumbuhkan tekad baja tak kenal lelah,
dan pikiran tenang seperti pikiranmu yang membedakan antara haq dan bathil.
Kami bersyukur memiliki darahmu mengalir di tubuh kami.
BAPAK, semoga airmata haru yang kau titiskan hari ini adalah ridho
Allah untuk kami. Satu tugas besar yang Allah berikan untukmu pun telah kau
tunaikan dengan menikahkan kami, menyatukan kami, dan melengkapkan separuh dari
keIslaman kami. Kami pasti akan selalu mengingat nasehat-nasehatmu dan akan
kami teruskan kepada anak-anak kami. Dan karena doa anak-anak untuk orangtuanya
adalah amalan jariyah, semoga kita akan kembali bersatu bersama di surga-Nya
kelak. Aamiin...
[]Lovalia
Related Posts :
- Back to Home »
- #AYonikah , Aku Muslim , Muhasabah , Muslimah , Mutiara Muslimah Shalihah , Puisi , Wanita »
- Bukan Puisi "Pelukan Pernikahan untuk Orang Tuaku"
created by Ipmawati Alia. Diberdayakan oleh Blogger.