Posted by : alia machmudia Senin, 03 Maret 2014


 

Kawan, kalian tentu sudah membaca catatanku yang sebelumnya di sini

Begitulah ia kawan, seorang lelaki hebat dalam hidupku. Ia sangat berarti untukku. 

Selanjutnya aku ingin bercerita tentang Ki Karso Sadiman, beliau adalah Ayah dari Ummi, yang berarti kakekku yang harus kupanggil Mbah Kakung. Menurut Ummi, Mbah Kakung adalah sosok ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya, terutama Ummi sebagai anak terakhir. Sayangnya aku tidak bisa lama menjumpai beliau di dunia. Beliau telah meninggal ketika aku masih kecil.

Aku teringat, ketika kami masih tinggal di Jakarta dan tiba-tiba Abi mengajak kami untuk pulang ke Wonogiri. Sampai di sana aku yang masih sangat kecil dipeluk cium oleh saudar-saudara. Hmmm... saudara-saudara dari pihak Ummi memang selalu berlebih menyayangi aku dan adik-adikku. Entahlah, mungkin karena dari empat bersaudara, Ummi yang terpisah paling jauh. 

Saat semua orang sudah usai memeluk cium aku, saat itulah aku tersadar ada seseorang yang belum menggendongku seperti biasanya (meskipun masih kecil tapi ingatanku sangat kuat = begitu kata orang-orang = ). Ya, Mbah Kakung belum menggendongku. Aku pun bertanya kepada Bu Dhe tentang keberadaan beliau. Dan di situlah aku tau. Alih-alih mendapat jawaban atas pertanyaanku. Orang-orang justru menangis tersedu-sedu sambil pelan-pelan menjelaskan kepada Ummi apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Mbah Kakung telah berpulang dan itu sebabnya Abi mendadak mengajak kami ke Wonogiri. Aku masih ingat betapa Ummi sangat histeris ketika itu.

Jauh bertahun-tahun setelah kejadian itu, ketika aku mulai beranjak usia belasan tahun, Ummi banyak bercerita tentang masa mudanya. Ketika Mbah Kakung selalu memanjakannya, ketika Mbah Kakung selalu memberi hadiah untuknya, ketika Mbah Kakung gemar membakarkan ubi dan jagung untuknya. Duh, terlihat betapa Ummi sangat menyayangi ayahnya itu :')  . Bahkan Ummi bercerita bagaimana Mbah Kakung memilihkan calon pendamping untuknya. Ya, beberapa pemuda yang datang untuk melamar Ummi ditolak oleh beliau. Ummi bahkan sempat kabur ikut Mbok Dhe ke Jakarta karena ngambek berkali-kali Mbah Kung tidak berkenan dengan pilihannya ( ck ck ck ... mantu macam apa yang diharapkan ).

Sampai akhirnya Abi berkunjung ke Wonogiri untuk silaturrahmi ke rumah salah seorang sahabatnya. ketika sahabat Abi yang juga saudara Ummi, ingin mengenalkan mereka berdua eh ternyata mereka sudah saling kenal ( hahahaa FTV Banget ). Dan di situlah Mbah Kung sangat terkesan oleh Abi ( ciiieee) . Meskipun Abi bukan orang yang kaya raya seperti para pemuda sebelumnya, tapi Mbah Kung sangat terkesan padanya. Dalam penilaian beliau, Abi memiliki hal yang lebih dari sekedar harta :) . Alasannya sederhana, "Bocah iku Pinter Ngaji"

Subhanallah, betapa seorang Mbah Kung yang sangat kuno dan tidak mengenyam pendidikan apapun memilik standar yang sangat istimewa. Ya, beliau tidak memakai standar dunia dalam mencari pendamping hidup anaknya, tapi insyaallah standar akhiratlah yang beliau gunakan. Bukan harta, pangkat atau jabatan, tapi cukup seseorang yang menguasai ilmu agama lebih baik dari orang2 di lingkungan itu. Karena memang kala itu kampung Ummi masih sangat jauh dari kata agamis :) 

Mbah Kung, salam sayangku dan doa slalu untukmu :)


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

created by Ipmawati Alia. Diberdayakan oleh Blogger.
Welcome to My Blog

Blog Archive

Popular Post

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

- Copyright © Diary Jomblo Sakinah -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -