Posted by : alia machmudia Kamis, 27 Februari 2014







Kawan, pagi ini aku bukannya hendak bercerita tentang lelaki-lelaki muda , cerdas dengan pendidikan tinggi di sekelilingku. Bukan ... bukan tentang itu. Aku justru akan menceritakan tentang lelaki-lelaki tua, kuno dan mungkin tidak menempuh pendidikan setinggi kalian yang membaca catatan ini. Ya, mereka tidak sehebat kalian, tapi mereka lebih hebat dari kalian.

Ali Machmudi
Kalau kalian tau nama lengkapku, pasti kalian tau siapa dia :) . Ya, ayahku. lelaki pertama yang menyentuhku, memelukku, menciumku, menggendongku, menjagaku dan menyayangiku sampai detik ini hingga tak ada lelaki lain yang berani menyentuhku selain beliau dan adik-adikku. Meski kenyataannya terpisah jarak sekian ratus kilometer antara Blora - Jakarta, tapi sungguh ia selalu menjagaku.

Abi adalah orang pertama mengajarkan kami rukun Islam sebelum kami mengenal Pancasila. Abi adalah orang pertama yang mengajarkan kami huruf-huruf hijaiyah sebelum kami mengenal huruf-huruf alfabet.Aku ingat, Abi yang membuatku mampu menghafal Rukun Islam, Rukun Iman, Syahadat, Ayat Kursi dan beberapa surat pendek di usiaku yang masih sekitar 3 tahunan. :) Abi hebat Abi guruku ... Motivatorku. Jangan memprotes kenapa aku tidak menyebut-nyebut Umi. Ini semata-mata karena aku sedang berbicara tentang Abi.

Abi, adalah orang yang paling keras yang pernah kukenal. Bukan sekali dua kali tangannya meninggalkan bekas sakit di badanku ketika aku masih kecil. Namun, Abi juga, adalah orang yang paling lembut yang pernah aku kenal di dunia ini. Meski ketika aku kecil hidupku jauh dari kata cukup, tapi aku bahagia. Aku bahagia memilikinya. Abi adalah orang -yang hingga usiaku yang ke 22 saat ini- tidak pernah mengatakan tidak untuk setiap apa yang iinginkan anak-anaknya.

Namun bukan berarti Abi selalu memanjakan anak-anaknya. Tidak. Sekali-sekali tidak. Abi mendidik kami menjadi orang-orang tangguh yang mandiri dan tau cara mendapatkan sesuatu dengan keringat sendiri. Abi yang membuat kami meletakkan apa itu gengsi. Abi yang mengajarkan bahwa kami layak mendapatkan yang terbaik jika kami mampu menunjukkan usaha terbaik. Seingatku, selama ini , belum pernah sekalipun aku dan adik-adikku meminta : "Abi belikan aku ini" .. tidak kawan, aku dan adik-adikku bukan anak yang seperti itu. Dari kecil kami selalu malu meminta bahkan pada orang tua kami sendiri. Dan Abi lah yang membuat kami seperti itu. Tapi sekali lagi kawan, Abi adalah orang yang hebat. Tanpa kami meminta, Abi tau harus memberikan apa untuk kami.

Abi seorang alumni Pondok Pesantren Al Idrisiyah Tasikmalaya, dan SMA Malam Al Irsyad ketika itu di Jakarta. Abi meninggalkan kampung halamannya ketika baru lulus SMP, bekerja untuk mencari dana untuk menempuh pendidikan dan untuk orangtua serta saudara-saudaranya di kampung halaman. Tapi kawan, semua pengorbanannya untuk keluarga benar-benar tak dianggap. Ketika Abi sukses di usia muda banyak yang memuji-muji tapi ketika berkeluarga dan menjalani hidup sulit perlahan dijauhi. Begitu kan dunia ? :) Dan sekali lagi Abi adalah orang yang hebat. Ia lelaki pertama yang aku tau memiliki kesabaran seluas samudera. Tak sedikitpun ada dendam di hatinya atas perlakuan orang-orang. Justru Abi mengajarkan kami untuk tetap menghormati orang-orang yang menyakiti kami.

Dan kini, ketika jalan rezeki begitu mudah, Abi pun mengajarkan kepada kami untuk selalu berendah hati dan tak membalas orang-orang yang pernah meremehkan kami. Abi mengajarkan kepada kami untuk menolong mereka yang kesussahan meskipun mereka pernah menyakiti kami.

Abi yang membuatku mampu untuk berani terus menerus menempuh pendidikan stinggi-tingginya meski harus bersusah payah. Abi yang membuatku berani untuk maju. Jadi bukan karena kuat dan hebatku aku begini , tapi semata-mata karena kedua orang tuaku. Kadang aku menyesal, kenapa dari kelima anaknya tidak ada satupun yang mau menapaki jejak beliau menjadi santri di Idrisiyah. Padahal namaku sudah tercantum di sana bahkan sebelum aku dilahirkan :'( Abi maafkan kami.

Begitu banyak orang yang memiliki ayah luar biasa dan menginginkan pendamping hidup yang seperti ayahnya. Tapi tidak kawan, tidak denganku. Aku sadar Allah tidak menciptakan orang yang benar-benar persis sama. Tidak ada orang yang mampu menjadi seperti Abiku, sejauh apapun ia mengenalnya dan setinggi apapun ilmunya. Aku tidak akan menuntut orang lain menjadi seperti Abi :) Karena Abi hanyalah Abi, hanya satu dan tak ada yang akan menyamai. Jadi meskipun kelak ada Pangeranku menjemputku, Abi akan tetap jadi Raja di hatiku :)

Aku hanya akan menyambut tangan seseorang yang diberikan Abi kepadaku :) Bukan sekedar pilihanku sendiri.

Ayah dengarlah betapa sesunggunnya kumencintaimu
Kan kubuktikan kumampu penuhi maumu

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

created by Ipmawati Alia. Diberdayakan oleh Blogger.
Welcome to My Blog

Blog Archive

Popular Post

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

- Copyright © Diary Jomblo Sakinah -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -