Posted by : alia machmudia
Senin, 27 Februari 2012
Sebelumnya .. wahai pembaca yang budiman, mungkin anda telah sering membaca atau mendengar kisah ini dari orang-orang berilmu. Namun tak ada salahnya kita kembali muhasabbah diri dengan kisah ini.
Sore itu Hasan al-Bashri sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Rupanya ia sedang bersantai makan angin. Tak lama setelah ia duduk bersantai, lewat jenazah dengan iring-iringan pelayat di belakangnya. Di bawah keranda jenazah yang sedang diusung itu berjalan seorang gadis kecil sambil terisak-isak. Rambutnya tampak kusut dan terurai tak beraturan.
Al-Bashri tertarik dengan penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan turut dalam iring-iringan. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu. Di antara tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya. "Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini." Hasan al-Bashri menyahut ucapan sang gadis kecil, "Ayahmu juga sebelumnya tak pernah mengalami peristiwa seperti ini."
Keesokan harinya, usai salat subuh, ketika matahari menampakkan dirinya di ufuk timur, sebagaimana biasanya Al-Bashri duduk di teras rumahnya. Sejurus kemudian, gadis kecil kemarin melintas ke arah makam ayahnya. "Gadis kecil yang bijak," gumam Al-Bashri. "Aku akan ikuti gadis kecil itu.". Gadis kecil itu tiba di makam ayahnya. Al-Bashri bersembunyi di balik pohon mengamati gerak-geriknya secara diam-diam. Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah makam ayahnya. Ia menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu. Sejurus kemudian ia meratap dengan kata-kata yang terdengar sekali oleh Al-Bashri.
"Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur?
Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu?
Kemarin malam masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah?
Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah?
Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam, Ayah?
Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?
Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, Ayah?
Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan tadi malam, Ayah?
Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah?
Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah?
Kemarin malam aku memasakkan aneka makanan untukmu, tadi malam siapa yang memasakkan untukmu, Ayah?"
Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tak tahan menahan tangisnya. Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya lalu menyambut kata-kata gadis kecil itu.
"Hai gadis kecil, jangan berkata seperti itu!. Tetapi katakanlah;
"Ayah, kemarin kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti itu atau telah berubah?
Kami kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkan kain kafan itu atau telah tercabik-cabik, Ayah? Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan yang utuh, apakah masih demikian atau cacing tanah telah menyantapmu, Ayah?
Ulama mengatakan bahwa hamba yang mati ditanyakan imannya. Ada yang menjawab dan ada juga yang tidak menjawab. Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawabkan imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya?
Ulama mengatakan bahwa mereka yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari neraka. Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?
Ulama mengatakan bahwa kubur itu sebagai taman surga atau jurang menuju neraka. Kubur kadang membelai orang mati seperti kasih ibu atau terkadang menghimpitnya sampai tulang-belulang berserakan. Apakah engkau dibelai atau dihimpit, Ayah?
Ulama mengatakan bahwa orang yang dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik. Orang yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya. Apakah engkau menyesal karena kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?
Jika kupanggil engkau selalu menyahut. Kini aku memanggilmu di atas gundukan kuburmu, lalu mengapa aku tak bisa mendengar sahutanmu, Ayah?
Ayah, engkau sudah tiada. Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti. Wahai Allah, janganlah Kau rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat nanti."
Gadis kecil itu menengok kepada Hasan al-Bashri seraya berkata, "Betapa indah ratapanmu kepada ayahku. Betapa baik bimbingan yang telah kuterima. Engkau telah mengingatkanku dari lelap dan lalai."
Kemudian Hasan al-Bashri dan gadis kecil itu meninggalkan makam. Mereka berdua pulang dalam keadaan berderai tangis.
Subhanallah..
created by Ipmawati Alia. Diberdayakan oleh Blogger.