Posted by : alia machmudia Rabu, 12 Maret 2014

Kenakalan Remaja - Ketika menulis artikel ini saya menyadari saya bukanlah seorang ahli Psikologi dan juga belum menjadi orang tua yang memiliki kewajiban mengasuh anak. Semua ini saya tulis berdasarkan apa yang terjadi dalam kehidupan saya. 

Saya saat ini adalah seorang pendidik di sebuah sekolah yang awalnya saya pikir letak sekolah tersebut berada cukup jauh dari keramaian. Dalam artian cukup jauh dari pasar, jalan raya bahkan warnet tidak ada di sana. Saya sempat berfikir kenakalan anak di tempat ini tentulah sebatas kenakalan anak-anak desa pada umumnya. Namun ternyata saya salah besar, kenakalan meraka yang rata-rata berusia 9-11 tahun sudah bukan kenakalan anak seperti pada umumnya, tapi cenderung kepada kenakalan remaja setingkat SMA.

Dari sini saya sadar, kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan saya pun menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri ketika saya mendapat banyak kasus terkait anak didik . Namun , saya menyadari tidak ada api jika tidak ada asap.

Berdasarkan apa yang saya lihat dan yang saya hadapi, hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:
  • Dasar-dasar agama yang kurang
  • Kurangnya kasih sayang orang tua.
  • Kurangnya pengawasan dari orang tua.
  • Pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
  • Peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
  • Kebebasan yang berlebihan
  • Masalah yang dipendam
Saya menyadari sepenuhnya bahwa langkah-langkah strategis dan praktis sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka mengidentifikasi, menginvestigasi, dan memberikan solusi efektif guna menanggulangi kenakalan remaja. Semua itu membutuhkan ketelatenan, keuletan, kesungguhan, dan semangat tinggi dari semua elemen.

Sebagai ujung tombak dalam pendidikan anak, sekolah memiliki peran sangat vital dalam menyelesaikan problematika kenakalan remaja. Oleh karena itu, sekolah dengan struktur dan manajemen profesionalnya sudah seharusnya mengalokasikan sumber daya manusia dan finasialnya agar tetap aktif dalam menangani kenakalan remaja. Buku ini hadir untuk membantu memberikan pemahaman utuh kepada semua praktisi pendidikan dalam menanggulangi kenakalan remaja.

Sebelum melakukan tindak penanggulangan kenakalan remaja, sekolah perlu melakukan langkah-langkah strategis agar tidak salah sasaran. Dimulai dengan persiapan bekal pemahaman yang utuh terhadap remaja dan dunianya serta perannya di masyarakat. Bekal ini sangat penting bagi semua pihak di sekolah, terutama guru, sebagai motor penggerak motivasi dalam melaksanakan langkah-langkah berikutnya. Karena sekolah mempunyai tanggung jawab besar untuk mempersiapkan remaja ideal sebagai ilmuwan dan penggerak kemajuan dan kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat. Dan ini sudah kami lakukan di sekolah kami dengan melakukan pembinaan terhadap siswa dan orang tua/ wali dari siswa yang terlibat kasus kenakalan tersebut.

Setidaknya ada dua alasan yang penting untuk disadari oleh semua pendidik mengapa ramaja harus disiapkan dengan matang. Yaitu, pertama, remaja mempunyai peran dan nilai yang strategis serta signifikan dalam menentukan masa depan bangsa. Kedua, eksistensi remaja sebagai simbol progresivitas, pelopor, dan penentu arah dinamika suatu bangsa.

Langkah selanjutnya setelah mengetahui posisi dan peran remaja secara menyeluruh adalah menganalisis penyebab-penyebab kenakalan remaja. Dalam sebuah majalah saya membaca menurut Kartini Kartono, kenakalan remaja disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal (endogen) dan faktor eksternal (eksogen). Faktor internal berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi lingkungan di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar.

Sedangkan faktor eksternal adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku terntentu bagi anak-anak remaja. Misalnya, tindak kekerasan, kejahatan, perkelahian, pornografi, pornoaksi, pergaulan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain sebagainya.

Faktor lain adalah kurangnya perhatian dari orang tua dan guru. Apalagi kondisi saat ini yang serba canggih. Kecanggihan teknologi tersebut harus diimbangi dengan kontrol yang baik dan pembinaan moral yang tepat agar para pendidik tidak “kecolongan”. Karena kemudahan dalam mengakses informasi secara bebas dapat mempengaruhi pola pikir anak. Jika yang diakses informasi yang tidak baik dan merusak seperti pornografi dan semacamnya, maka mereka akan cenderung ingin meniru apa yang mereka lihat.

Perlu disadari, bahwa terdapat dua hal penting yang harus dipahami oleh orang tua dan semua pendidik di sekolah yang ada dalam diri remaja. Ada potensi positif yang sangat menakjubkan, sekaligus juga ada potensi negatif yang sangat membahayakan. Potensi positif adalah kekuatan yang dapat membawa kepada kemajuan. Sedangkan potensi negatif dapat membawa pada kenakalan yang besar, dikarenakan keinginannya untuk mencoba hal-hal baru yang sangat besar.

Untuk itu, kedua potensi tersebut butuh perhatian khusus dari para pendidik agar seorang remaja tidak terjebak pada hal-hal negatif. Di sinilah keterampilan para pendidik dalam menemukan energi positif remaja sangat diperlukan. Tentunya bukan menggunakan insting, tapi dengan pengamatan yang mendalam tentang kehidupan remaja itu sendiri, baik dengan membaca buku maupun dengan langsung mengamati perubahan tingkah lakunya di setiap waktu.

Mungkin kita bisa menempuh langkah seperti ini :
  • Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti pendidikan ibadah, pembinaan akhlak dan rutinitas ibadah.
  • Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
  • Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut. Namun dalam masalah ibadah, tentu saja perlu ada pemaksaan. 
  • Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani. 
  • Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, jejaring sosial dll.  
  • Sebagai orang tua harus menjadi tempat curhat yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah. 
Saya , sebagaimana anda .. juga masih terus belajar. Namun, Selalu ... selalu .. dan selalu ... dihadapkan pada kenakalan remaja.
Ayah, Ibu, andaikan kita mau sama-sama sadar bahwa mendidik dan mengasuh anak bukanlah tugas guru dan sekolah semata, tentu Ayah dan Ibu mampu memahami karakter dan kemauan sang anak. Karena guru bukan Ibu Peri dengan tongkat ajaib :)
Ayah, Ibu , andaikan pukulan , cubitan dan makian kasar tidak menjadi "hadiah" atas setiap kenakalan yang mereka lakukan ... Andaikan "hadiah" tersebut diganti dengan duduk bersama berbicara tentang kenakalannya, tentu Ayah dan Ibu lebih mampu memahami sebab dari kenakalannya. Pukulan dan makian kasar tidak mampu membuat anak jera... terbukti ! Kecuali kalau pukulan itu mengenai saraf otak mereka atau mengaibatkan kerusakan fisik mereka. Itu kalau tega :) 
Lovalia 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

created by Ipmawati Alia. Diberdayakan oleh Blogger.
Welcome to My Blog

Blog Archive

Popular Post

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

- Copyright © Diary Jomblo Sakinah -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -