Posted by : alia machmudia
Senin, 03 Februari 2014
03 Februari 2014
Mungkin kita pernah bertemu dengan orang yang
lebih banyak waktunya dihabiskan untuk meratapi kekurangan diri
sendiri, hal ini dikarenakan ia merasa selalu saja kurang bila
dibandingkan dengan orang lain, ia juga selalu menutup diri dalam
hubungannya dengan orang lain, tidak mau aktif dikegiatan kemasyarakatan
karena merasa minder dan kurang percaya diri dan lain lain, keadaan
seperti ini tidak dapat membuat kita berkembang dan menjadi matang.
Kita ini adalah ciptaan Tuhan yang sempurna dari segala mahluk yang diciptakanNya, dan sebagai mahluk yang sempurna Tuhan telah membekali kita dengan berbagai bakat atau kelebihan secara istimewa, misalnya, bakat memimpin, memasak, menyanyi, kepandaian, bijaksana, kharisma berpidato dan lain sebagainya, semua keistimewaan itu haruslah kita sadari sebagai karunia yang diberikan Tuhan kepada kita yang harus pula kita pertanggung jawabkan penggunaannya, jangan menutup semua karunia itu dengan kemalasan,masa bodoh terlebih menjadi kecemburuan kepada orang lain.
Semua karunia itu sudah ada dalam diri kita sebagai bawaan sejak kita dilahirkan kedunia ini, persoalannya adalah sampai sejauh mana, kita mengembangkan potensi potensi mencinta dalam diri kita sehingga buahnya bisa dirasakan oleh orang lain.
Kita harus mengetahui jika kita adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna dari mahluk lainnya maka kemampuan mencinta itu sudah merupakan merek yang dipatrikan Tuhan pada manusia ciptaan Nya dan sebenarnya kemampuan mencinta itu dimiliki oleh setiap orang secara berlimpah limpah dan tak terbatas, itulah keistimewaan utama yang dimiliki manusia, dan ukuran keberhasilan hidup kita ditunjukkan oleh kemampuan mencinta kita yang wujudnya dinyatakan dengan mambagikan buah itu bagi kehidupan banyak orang
DR. Sam Ratulangi sudah mengingatkan kita dengan semboyang yang dilontarkan dari pemikirannya yang cemerlang : “ Kita hidup untuk menghidupi orang lain “
Sahabat... aku pernah ikut dalam sebuah permainan yang disebut dengan “ Bermain dengan pasir kering “ dalam permainan itu seorang pemandu mengajak peserta untuk bermain dengan pasir kering.
Masing masing peserta diminta mengambil sengenggam pasir kering ditangannya, sesudah itu peserta diminta untuk berjalan menuju tempat yang telah ditentukan kira kira 10 meter jaraknya dari titik star, disana ada sebuah wadah yang gunanya menjadi tempat untuk menampung pasir kering yang dibawa dalam genggaman, dan pemandu permainan itu berpesan agar kami peserta tetap mempertahankan pasir itu jangan sampai tertumpah diperjalanan dan utuh sampai kewadah yang sudah disediakan itu.
Karena begitu kuatirnya hampir semua peserta berusaha menggenggam pasir itu erat erat, namun apa yang terjadi..? semakin erat genggaman tangan mereka justru pasir kering itu semakin berkurang karena pasir itu keluar melalui celah celah genggaman sehingga sedikit saja pasir yang dapat mereka masukkan kedalam wadah yang tersedia itu, tetapi ada satu dua orang peserta yang dengan tenangnya membiarkan pasir itu digenggam pada telapak tangannya yang terbuka tanpa berusaha menggenggam pasir itu, ternyata pasir itu tetap tinggal tenang didalam telapak tangannya sampai cukuplah wadah itu terisi penuh.
Sahabat yang baik, kita bisa mengambil suatu pelajaran yang baik dari permainan itu, bahwa sanya banyak talenta, banyak kelebihan dan anugerah dan mungkin saja harta yang Tuhan limpahkan kepada kita, namun sering kali karena kekuatiran bahwa semua yang kita miliki itu akan hilang, maka kita menggenggam erat erat semua anugerah itu, semua kelebihan, talenta bahkan harta yang kitam miliki, kita simpan untuk kita nikmati sendiri..istilah kerennya “ lagi mumpung “ , padahal tanpa kita sadari, semakin kita genggam erat erat, semua itu akan sirna sedikit demi sedikit , namun sebaliknya jika tangan kita semakin terbuka untuk berbagi, kita akan semakin diperkaya dalam cinta kasih.
Sahabat sahabat ku, mungkin ada salah penafsiran atau salah pengertian tentang memberi atau berbagi, bahwa ketika kita memberi atau membagikan maka akan terjadi pengurangan, hitung hitung matematisnya mungkin benar bahwa ketika kita memiliki seratus ribu dan kemudian memberikan tiga puluh ribu, maka kita tinggal mempunyai tujuh puluh ribu berarti ada pengurangan tiga puluh ribu, jika mengertian itu menjadi dasarnya maka amat materialistiklah hidup kita.
Sahabat...ada yang mengatakan bahwa,: “ apa yang aku ingin bagikan sementara aku sendiri berkekurangan ”.
Sahabat ku dari tulisan ku yang sederhana ini aku mau bilang pada diriku sendiri dan kepada anda sahabat sahabat ku, tidak perlu menunggu sampai kita berkelimpahan, berkelebihan, namun cukuplah dengan berbagi sedikit yang kita miliki disitu pulalah berkah berkah akan mengalir.
Dari tulisan ku ini aku cuma mau bilang “ Semakin tangan kita terbuka untuk memberi dan berbagi, justru kita akan menerima lebih banyak “ belief or not..fren..??.
Kita ini adalah ciptaan Tuhan yang sempurna dari segala mahluk yang diciptakanNya, dan sebagai mahluk yang sempurna Tuhan telah membekali kita dengan berbagai bakat atau kelebihan secara istimewa, misalnya, bakat memimpin, memasak, menyanyi, kepandaian, bijaksana, kharisma berpidato dan lain sebagainya, semua keistimewaan itu haruslah kita sadari sebagai karunia yang diberikan Tuhan kepada kita yang harus pula kita pertanggung jawabkan penggunaannya, jangan menutup semua karunia itu dengan kemalasan,masa bodoh terlebih menjadi kecemburuan kepada orang lain.
Semua karunia itu sudah ada dalam diri kita sebagai bawaan sejak kita dilahirkan kedunia ini, persoalannya adalah sampai sejauh mana, kita mengembangkan potensi potensi mencinta dalam diri kita sehingga buahnya bisa dirasakan oleh orang lain.
Kita harus mengetahui jika kita adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna dari mahluk lainnya maka kemampuan mencinta itu sudah merupakan merek yang dipatrikan Tuhan pada manusia ciptaan Nya dan sebenarnya kemampuan mencinta itu dimiliki oleh setiap orang secara berlimpah limpah dan tak terbatas, itulah keistimewaan utama yang dimiliki manusia, dan ukuran keberhasilan hidup kita ditunjukkan oleh kemampuan mencinta kita yang wujudnya dinyatakan dengan mambagikan buah itu bagi kehidupan banyak orang
DR. Sam Ratulangi sudah mengingatkan kita dengan semboyang yang dilontarkan dari pemikirannya yang cemerlang : “ Kita hidup untuk menghidupi orang lain “
Sahabat... aku pernah ikut dalam sebuah permainan yang disebut dengan “ Bermain dengan pasir kering “ dalam permainan itu seorang pemandu mengajak peserta untuk bermain dengan pasir kering.
Masing masing peserta diminta mengambil sengenggam pasir kering ditangannya, sesudah itu peserta diminta untuk berjalan menuju tempat yang telah ditentukan kira kira 10 meter jaraknya dari titik star, disana ada sebuah wadah yang gunanya menjadi tempat untuk menampung pasir kering yang dibawa dalam genggaman, dan pemandu permainan itu berpesan agar kami peserta tetap mempertahankan pasir itu jangan sampai tertumpah diperjalanan dan utuh sampai kewadah yang sudah disediakan itu.
Karena begitu kuatirnya hampir semua peserta berusaha menggenggam pasir itu erat erat, namun apa yang terjadi..? semakin erat genggaman tangan mereka justru pasir kering itu semakin berkurang karena pasir itu keluar melalui celah celah genggaman sehingga sedikit saja pasir yang dapat mereka masukkan kedalam wadah yang tersedia itu, tetapi ada satu dua orang peserta yang dengan tenangnya membiarkan pasir itu digenggam pada telapak tangannya yang terbuka tanpa berusaha menggenggam pasir itu, ternyata pasir itu tetap tinggal tenang didalam telapak tangannya sampai cukuplah wadah itu terisi penuh.
Sahabat yang baik, kita bisa mengambil suatu pelajaran yang baik dari permainan itu, bahwa sanya banyak talenta, banyak kelebihan dan anugerah dan mungkin saja harta yang Tuhan limpahkan kepada kita, namun sering kali karena kekuatiran bahwa semua yang kita miliki itu akan hilang, maka kita menggenggam erat erat semua anugerah itu, semua kelebihan, talenta bahkan harta yang kitam miliki, kita simpan untuk kita nikmati sendiri..istilah kerennya “ lagi mumpung “ , padahal tanpa kita sadari, semakin kita genggam erat erat, semua itu akan sirna sedikit demi sedikit , namun sebaliknya jika tangan kita semakin terbuka untuk berbagi, kita akan semakin diperkaya dalam cinta kasih.
Sahabat sahabat ku, mungkin ada salah penafsiran atau salah pengertian tentang memberi atau berbagi, bahwa ketika kita memberi atau membagikan maka akan terjadi pengurangan, hitung hitung matematisnya mungkin benar bahwa ketika kita memiliki seratus ribu dan kemudian memberikan tiga puluh ribu, maka kita tinggal mempunyai tujuh puluh ribu berarti ada pengurangan tiga puluh ribu, jika mengertian itu menjadi dasarnya maka amat materialistiklah hidup kita.
Sahabat...ada yang mengatakan bahwa,: “ apa yang aku ingin bagikan sementara aku sendiri berkekurangan ”.
Sahabat ku dari tulisan ku yang sederhana ini aku mau bilang pada diriku sendiri dan kepada anda sahabat sahabat ku, tidak perlu menunggu sampai kita berkelimpahan, berkelebihan, namun cukuplah dengan berbagi sedikit yang kita miliki disitu pulalah berkah berkah akan mengalir.
Dari tulisan ku ini aku cuma mau bilang “ Semakin tangan kita terbuka untuk memberi dan berbagi, justru kita akan menerima lebih banyak “ belief or not..fren..??.
Related Posts :
- Back to Home »
- IPM , Jare Aku , Simpul Tali Filantropi »
- BERBAGI MAKNA BERBAGI
created by Ipmawati Alia. Diberdayakan oleh Blogger.