Posted by : alia machmudia
Jumat, 10 Januari 2014
Banyak nash, baik dalam Alquran maupun al-Hadits, yang menegaskan bahwa
sesama Muslim itu bersaudara. Allah Subhanhu Wa Ta'ala, misalnya, berfirman
(yang artinya): Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara (QS
al-Hujurat [49]: 10). Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun
antara lain bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya.”
(HR al-Hakim).
Persaudaraan sesama Muslim tentu tidak akan bermakna apa-apa jika
masing-masing tidak memperhatikan hak dan kewajiban saudaranya, tidak saling
peduli, tidak saling menutupi aibnya, tidak saling menolong, dst. Baginda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan hal demikian,
sebagaimana sabdanya, “Siapa saja yang meringankan beban seorang Mukmin
di dunia, Allah pasti akan meringankan bebannya pada Hari Kiamat. Siapa saja
yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah pasti akan memberi
dia kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim
di dunia, Allah pasti akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah Subhanhu
Wa Ta'ala selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.”
(HR Muslim dan at-Tirmidizi).
Itulah penghargaan Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang luar bisa kepada hamba-Nya
yang peduli kepada sesamanya. Sebaliknya, Allah Subhanhu Wa Ta'ala menegur
seorang Muslim yang tidak memedulikan sesamanya. Dalam hal ini, Abu Hurairah ra
menuturkan bahwa Baginda Rasululullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah
bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanhu Wa Ta'ala berkata pada Hari Kiamat
nanti, “Wahai manusia, Aku pernah sakit. Mengapa engkau tidak menjenguk Aku.”
Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana aku menjenguk Engkau, sementara Engkau
adalah Tuhan alam semesta?” Allah Subhanhu Wa Ta'ala berkata, “Bukankah engkau
dulu tahu hamba-Ku si fulan pernah sakit di dunia, tetapi engkau tidak
menjenguknya? Bukankah engkau pun tahu, andai engkau menjenguk dia, engkau akan
mendapati diri-Ku di sisinya? Wahai manusia, Aku pernah meminta makan kepada
engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi Aku makan.” Manusia menjawab,
“Tuhanku, bagaimana Aku memberi Engkau makan, sementara Engkau adalah Tuhan
alam semesta?” Allah Subhanhu Wa Ta'ala menjawab, “Bukankah engkau tahu,
hamba-Ku pernah meminta makan kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi dia
makan? Bukankah andai engkau memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di
situ?” Wahai manusia, Aku pernah meminta minum kepada engkau, tetapi engkau
tidak memberi Aku minum?” Manusia berkata, “Tuhanku, bagaimana aku memberi
Engkau minum, sementara engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah Subhanhu Wa
Ta'ala menjawab, “Bukankah engkau tahu, hamba-Ku pernah meminta makan kepada
engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah andai engkau
memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di situ?” (HR Muslim).
Berkaitan dengan kepedulian kepada sesama Muslim, Baginda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda, sebagaimana penuturan Bara’
bin ‘Azib, “Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah
memerintahkan kepada kami tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara
pula. Beliau memerintahkan kami untuk: menjenguk orang sakit; mengiringi
jenazah (ke kuburan); mendoakan orang yang bersin; membenarkan sumpah; menolong
orang yang terzalimi; memenuhi undangan; dan menebarkan salam…” (HR
al-Baihaqi).
Ditegaskan pula oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam hadits
lain yang berbunyi, “Hak Muslim atas Muslim yang lain ada lima: menjawab
salam; mengunjungi orang sakit; mengiringi jenazah; memenuhi undangan;
mendoakan orang yang bersin.” (HR Ahmad).
Mengunjungi saudara sesama Muslim, termasuk menjenguknya saat sakit,
merupakan salah satu amal terpuji. Dalam hal ini, Tsauban menuturkan bahwa
Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya
seorang Muslim itu, jika mengunjungi saudaranya, berarti selama itu ia berada
di taman surga.” (HR Muslim).
Adapun Ali ra menuturkan bahwa Baginda Rasulullah pernah bersabda, “Tidaklah
seorang Muslim mengunjungi Muslim yang lain pada pagi hari, kecuali seribu
malaikat mendoakan dirinya hingga sore hari. Jika ia mengunjungi Muslim yang
lain pada siang hari, seribu malaikat akan mendoakannya hingga pagi hari.”
(HR at-Tirmidzi).
Adapun tentang mendoakan orang yang bersin, sebagian menghukumi sunnah, dan
sebagian lagi bahkan menghukumi wajib; tidak ada yang menghukumi mubah. Sebab,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang bersin. Karena itu, jika salah seorang dari kalian
bersin, maka hendaklah memuji Allah. Sesungguhnya hak Muslim atas Muslim
lainnya, jika ia mendengarnya bersin, hendaklah menjawab (mendoakan)-nya.”
(HR al-Bukhari).
Sementara itu, terkait menerbarkan salam, Baginda Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dalam hadits lain tegas memerintahkan, “Sebarkanlah
salam di antara kalian.” (HR Muslim).
Di antara faedah menebarkan salam adalah: asma Allah menjadi tersebar; bisa
menumbuhkan rasa cinta kepada sesama Muslim; menunjukkan pelakunya rendah hati
dan tidak sombong; membuktikan pelakunya memiliki kesucian hati; mewujudkan
rasa kasih sayang sesama Muslim (Iqazh al-Afham fi Syarh Umadh al-Ahkam,
IV/51).
Semoga
kita termasuk orang yang selalu memedulikan saudara sesama Muslim.Wama tawfiqi
illa billahRelated Posts :
- Back to Home »
- IPM , Islam , Jare Aku , Simpul Tali Filantropi »
- Sesama Muslim Harusnya Berbagi
created by Ipmawati Alia. Diberdayakan oleh Blogger.